Selasa, 27 Agustus 2019

Mengenal Potensi Alam Batealit Melalui Pinus Festival



Minggu kemarin (25/08), telah terselenggara acara "Pinus Festival Batealit". Acara ini membawa misi untuk pengenalan potensi wisata yang ada di Batealit.

Bertempat di hutan pinus di desa Setro, Batealit ini mengundang banyak antusiasme warga. Tak hanya dari penduduk setempat, atau sekitar Jepara saja, bahkan sampai ada pengunjung dari Demak juga Semarang ikut serta menyaksikan acara yang baru sekali ini dilaksanakan. Acara ini terselenggara berkat kerjasama KKN Unisnu, karang taruna desa setempat juga dari KMJS (Komunitas Mahasiswa Jepara Semarang).

Tiket untuk mengikuti acara ini sebesar lima ribu rupiah perorangnya. Dari tempat parkir, pengunjung akan diangkut dengan mobil bak terbuka. Untuk sampai di hutan pinus Setro, harus melewati jalanan yang berbatu selama sepuluh menit. Namun, sepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan indah perbukitan, hutan dan sawah-sawah yang akan sangat menyegarkan mata.

Acara yang dimulai pukul 08.30 WIB ini diawali dengan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, disusul dengan sambutan-sambutan dari Pemerintah Desa, perwakilan dari Dinas Pariwisata, dan dari Perhutani. Acara selanjutnya diisi dengan seni dan pertunjukan teater serta musik.


Diawali dengan tari Taktok, kemudian dilanjutkan dengan tari Sesonderan, tari Puspita dan tari Kukilo dari sanggar Tari Laras.
Tari Taktok

Tari Sesonderan

Tari Puspita

Tari Kukilo

Setelah itu ada penampilan teater Ande-Ande Lumut dari teater Bosas SMK N 3 Jepara. 
Teater Bosas Ande-Ande Lumut

Lalu dilanjut dengan penampilan Den Hasan dari Rumah Belajar Ilalang yang membawakan dongeng tentang "Katak yang Berhenti Bernyanyi",  dimana isi dari dongeng tersebut menghimbau untuk bersama-sama menjaga alam ini.
Dongeng RBI

Kemudian acara dilanjutkan dengan pengumuman pemenang lomba fotografi yang berlatarkan hutan pinus yang telah diunggah melalui Instagram dan menandai akun @wisatabatealit. 
Pengenalan potensi alam Batealit

Lalu dilanjutkan dengan pengenalan potensi desa dari kopinya yang sudah diakui oleh pemilik Gongso kopi di Jepara. Kemudian pengenalan wisata-wisata alam dari air terjun Setatah, air terjun Kedung Bobot, air terjun Sumenep, air terjun Dong Paso juga hutan pinus itu sendiri melalui foto juga video promosi yang telah dibuat.

Penampilan selanjutnya dari kentrung Jepara, persembahan dari kentrung Ken Palman yang mengusung tema kentrung milenial dengan membawakan beberapa lagu Jawa dan sejarah Kartini.

Kentrung Ken Palman


Selanjutnya dilanjutkan dengan tari Kridajati, teater Kartini, dan musikalisasi puisi.
Tak hanya bertabur pertunjukan, terdapat juga stand-stand yang menyajikan makanan dan kerajinan yang dibuat oleh warga sekitar. Yang uniknya lagi, pembelian tidak dilakukan dengan uang tunai rupiah, tapi dengan membeli koin yang disediakan panitia yang terbuat dari kayu dengan nominal mulai dari koin 1 untuk uang seribu, 2, 5, dan 10. 





Koin untuk transaksi jual beli
Namun sangat disayangkan, seperti even-even yang telah lalu, sampah selalu menjadi masalah berikutnya. Kekurangsiapan panitia dengan penyediaan tempat sampah yang kurang serta transportasi yang tidak konsisten membuat tidak nyaman pengunjung. Banyak pengunjung yang akhirnya berjalan kaki untuk menuju tempat parkir karena kurangnya fasilitas untuk ibadah dan lainnya.

Namun, dari semua itu, acara seperti ini sangat bagus untuk mendongkrak popularitas wisata dan menambah nilai jualnya. Semoga acara seperti bisa diagendakan kalaupun tidak setiap tahun, paling tidak dua tahun sekali seperti harapan bapak Perhutani. (Han)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar