Sabtu, 24 November 2018

Kedung Paso, yang Sempat "Tercemari"

Kedung Paso saat musim hujan

Kedung Paso saat musim kemarau

Kedung Paso, surga tersembunyi dari desa Somosari ini sempat sukses menarik minat warga untuk mengunjunginya mulai dari akhir tahun 2016 sampai awal tahun 2018 ini. Air terjun di dukuh Sewengan ini mulai dikenal sejak komunitas traveling Jepara mengenalkannya melalui media sosial.

Air terjunnya memang tak setinggi air terjun Songgo Langit yang sudah lama tersohor di kawasan kota ukir ini. Meskipun begitu, debit airnya yang cukup deras dan letaknya berada di pojokan sungai membuat tempat ini begitu asri. Tempat wisata ini paling ramai dikunjungi pada hari Minggu.

"Biasanya sih ramai, tapi akhir-akhir ini rada sepi." kata seorang pedagang di salah satu pemberhentian menuju air terjun. "Kemarin ini sempat ada pungli di sekitar pohon matoa di tengah perjalanan dari desa Somosari, dari dukuh sebelah yang menarifkan asuransi sebesar 3.000 rupiah. Padahal dari desa kami tidak pernah memberi tarif seperti itu. Kata salah satu pengunjung, mereka (*oknum tersebut) telah mendapatkan ijin dari kepala desa dan Polres Jepara. Tapi setelah ditelusuri, tidak ada ijin dari pihak-pihak tersebut."tambahnya lagi.

"Dari Polres Jepara pernah mendatangi air terjun karena sempat mendengar ramai-ramai di sini. Dan akhirnya ketahuanlah siapa dalangnya. Tapi karena dia adalah salah satu orang penting di daerah sini, jadi ya sudah, berakhir begitu saja."

Berdasarkan keterangan pedagang tersebut pula, selama beberapa saat warga tidak mengetahui adanya pungli dikarenakan jarang ada yang melintas di siang hari. Warga hanya mengurus daerah sekitar tempat parkir dan setelah sore memantau spot air terjun untuk membersihkan sampah di sekitar air terjun.

Sekarang pungli tersebut telah dihentikan. Namun, peminat air terjun ini masih cukup sepi dibanding biasanya. Ada kemungkinan debit airnya yang menurun karena kemarau akhir-akhir ini membuat minat pengunjung berkurang. Meskipun begitu, setiap siang menjelang sore terutama hari Minggu masih banyak pengunjung, terutama anak muda, laki-laki yang menguji adrenalin mereka dengan melakukan cliff jumping. Ada juga yang hanya menikmati pemandangan alam beserta air terjunnya.(28/10/18)Han.



Banyu Anjlok, Surga Tersembunyi yang Mengalami Modernisasi


Banyu Anjlok, air terjun di wilayah desa Somosari ini semakin ramai dengan pengunjung terutama setiap akhir minggu atau selama musim liburan. Air terjunnya yang mengucur cantik dari tebing ditambah dengan tumbuhan hijau di sekelilingnya menambah daya tarik air terjun ini.

Banyu yang berarti "air" dan anjlok yang artinya "jatuh". Itulah makna dari nama air terjun ini, terletak di desa Somosari, Batealit, Jepara tepatnya di dukuh Sewengan. Beberapa saat yang lalu pernah diadakan kunjungan dari dinas kabupaten Jepara. Hal itu memberi dampak baik bagi pembangunan jalan menuju dukuh Sewengan itu yang sebelumnya rusak berat sekarang sudah diperbaiki dan diaspal dengan baik. Pembangunan akses jalan tersebut membuat para pengunjung lebih nyaman untuk berkunjung ke air terjun dengan lancarnya jalan sampai di parkiran warga sebelum akhirnya menyusuri jalan setapak untuk menuju air terjun yang pertama kali dipublikasikan pada akhir tahun 2016 ini.

Untuk sampai ke air terjun, pengunjung harus menyusuri jalan setapak melintasi perbukitan dengan pemandangan alam yang sangat menawan. Sepanjang perjalanan dapat dilihat hamparan hutan dan sawah serta pemukiman warga. Di beberapa spot yang tepat, dapat juga dilihat pemandangan puncak Sapta Renggo atau lebih dikenal dengan Puncak 29 dan Puncak Natas Angin. Menurut warga setempat, jarak menuju kedua puncak tersebut lebih dekat bila melalui jalur ini. Namun, jalurnya lebih ekstrem dibandingkan dengan jalur Rahtawu yang selama ini sudah sering dilalui untuk mencapai kedua puncak tersebut.

Selain menuju Banyu Anjlok , jalan setapak ini juga jalan menuju air terjun Wedung Kecemplung dan Puncak atau Bukit Syamil yang belakangan ini sempat ramai di sosial media. Wedung Kecemplung adalah air terjun yang tidak terlalu tinggi, mengalir melintasi batuan. Bukit Syamil adalah bukit yang ditumbuhi banyak ilalang dan saat sedang tumbuh akan berwarna merah.

Perjalanan naik, turun dan melintasi bukit yang melelahkan selama 30-45 menit tersebut akan terbayar setelah melihat kucuran air terjun yang sebelum jatuh ke kolam tampungnya akan melewati batuan besar yang menambah cantik aliran air terjunnya. Namun, pembangunan di sekitar air terjun membuat air terjun ini kehilangan kealamiannya. Di dekatnya telah dibangun gazebo, tulisan Banyu Anjlok dan tangga menuju air terjun. Mungkin dimaksudkan untuk memudahkan pengunjung, sebagai tempat istirahat setelah perjalanan panjang dan tulisan sebagai identitas air terjun. Namun, keasrian dan kealamiannya justru berkurang. Itu pendapat masing-masing orang. Yang pasti, satu hal yang harus dijaga adalah kebersihannya, jangan cuma mau menikmati alamnya tanpa mau menjaganya. Percuma kalau ditambah fasilitasnya tapi malah mengotori alam air terjunnya.(10/11/18)Han.

Bincang Malam dengan Mas Karob "BORAKOPI"

Foto dari Instagram @borakopi


Belakangan ini, kedai kopi sedang menjamur di Jepara. Hal itu merupakan kabar gembira bagi penikmat dan pecinta kopi di Jepara ini. Dulu, untuk menikmati kopi asli paling tidak harus ke Jepara kota yang memanglebih dulu menyediakan kopi dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

BORAKOPI, salah satu kedai kopi yang awal tahun tepatnya tiga minggu awal di bulan Januari tahun ini buka di daerah Pringtulis, di selatan lampu merah "pabrik keramik" atau perempatan Nalumsari, Jepara menjadi salah satu pilihan untuk penikmat kopi di sekitaran Nalumsari dan Mayong.

Karob, begitu biasa dia dipanggil adalah pemilik kedai kopi ini. Berdasarkan dari keterangan sang pemilik, belajar dari pengalaman di tempat kerjanya dulu yang juga di kedai kopi, akhirnya dia mendirikan kedai miliknya sendiri.

Di kedai kopi miliknya ini, terdapat berbagai macam kopi dari berbagai daerah di Indonesia salah satunya dari Gayo, Aceh yang memang terkenal dengab kopinya. Ada juga kopi dari luar negeri. Untuk kopi lokal, ada juga kopi dari pegunungan Muria, tepatnya dari desa Tempur, desa di kaki gunung Muria, Keling, Jepara dan dari daerah Muria itu sendiri.

Kopi Tempur yang disediakan di sini adalah jenis robusta. Selama ini belum banyak yang tahu tentang kopi khas Jepara ini karena yang lebih dulu dikenal adalah kopi Muria dari gunung Muria, Kudus.
"Awalnya lumayan susah memperkenalkan kopi Tempur ke warga setempat karena memang belum terlalu banyak yang tahu tentang kopi dari daerah Jepara ini. Aku nggak terlalu memaksa untuk mereka tahu. Tapi lama-lama muncul juga rasa ingin tahu rasa kopi Tempur ini."jelasnya ketika ditanya tentang kopi Tempur.

Ada kopi dengan berbagai penyajian, dari kopi hitam dengan ampas sampai yang sudah di-filter. Ada sajian kopi susu dengan berbagai macam penyajian dan bila ingin membawa pulang, bisa pesan kopi yang baru di-grind (*giling) saat itu juga. Ada juga Coffe Beer, kopi dengan rasa mocca dan soda, minuman zaman dulu yang jarang ditemukan di Jepara dan sekitarnya.

Kedai ini buka setiap hari, mulai pukul 16.00-23.00 atau kadang suka berubah jadwal sesuai kesibukan si pemilik, setiap buka biasanya akan di-update di Instagram-nya di @borakopi.

Semoga tulisan ini bisa menjadi referensi untuk tempat ngopi yang enak di Nalumsari dan sekitaran Mayong. Maaf atas tulisan yang mungkin banyak salah dan mohon koreksinya. (24/11/18)Han.